Aktualisasi Nilai Khidmah Kementerian Agama Layani Haji Lansia

Alhijrah.co – Bisa berhaji ke Baitullah merupakan impian muslimin. Impian tersebut bukan hanya semata dikarenakan ibadah ini masuk pada rukun Islam namun lebih dari itu. Hikmah yang terkandung didalam ibadah tersebut sungguh besar.

Pada tahun ini sekira dua ratusan jamaah haji yang berasal dari tanah air berbondong-bondong menuju ke baitullah. Secara berangsur namun pasti, kabilah haji yang telah menyimpan harapan dan mimpinya selama bertahun-tahun ingin berhaji akhirnya tercapai.

Bacaan Lainnya

Dinamika ummat muslim yang ingin melanjutkan niatannya berhaji ke baitullah tentu ada. Sebagai penyelenggara dari ibadah haji, Kementerian Agama telah menunjukan dedikasi dan kinerja terbaiknya guna melayani ummat yang memiliki kesempatan berhaji. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana Kementerian Agama melakukan pelayanan mulai dari rekrutment fasilitator haji hingga tahap pelaksanaan.

Tahun ini Kementerian Agama memiliki tema yang berbeda bila dibanding dengan tahun sebelumnya yakni Haji Ramah Lanjut Usia (Lansia). Hal ini tentu dapat dipahami bahwa kecenderungan para tamu Allah yang memiliki kesempatan berhaji tersebut memang berada direntang usia tua hingga lanjut usia.

Jamaah Lansia yang mendominasi kabilah Haji Indonesia ini tentu saja memiliki kekuatan fisik yang berbeda dengan para muda-mudi. Meski terkadang keyakinan, semangat dan niat kuat yang dimiliki namun tuanya raga lengkap dengan segenap fungsinya yang kadang menurun tidak bisa dibohongi. Data dari yang penulis dapatkan melalui berbagai rilis media sedikitnya dari keseluruhan total jamaah haji terdapat 30 persen yakni sekitar 67 ribu yang menginjak usia lanjut. Jumlah ini barang tentu bukan jumlah yang sedikit. Jadi bentuk ikhtiar Pemerintah yang dalam hal ini ditangani oleh Kementerian Agama mengusung tema Haji Ramah Lansia patut diapresiasi.

Dalam beberapa rilis pemberitaan, Menteri Agama Yaqut Cholil sering menyebut bahwa pemerintah siap berkomitmen untuk melayani jamaah Haji 2023 dengan pelayanan terbaiknya. “Insyaallah kami siap dan komit untuk memberikan layanan terbaik kepada para tamu Allah termasuk Haji yang masuk kategori Lansia,”ujar Gus Men dalam beberapa kesempatan di media.

Diketahui dalam rangka mengoptimalisasi pelayanan kepada para Lansia yang berhaji ini Kementerian Agama telah membentuk tim khusus Lansia. Tidak hanya itu kementerian ini juga menunjuk Kepala Bidang Pelayanan khusus Lansia dan Penyandang Disabilitas yang diperbantukan di setiap sector wilayah kerja. Sedikitnya telah disiapkan ratusan petugas haji yang memiliki kompetensi dalam melayani lansia dan disabilitas saat melaksanakan haji.

Pelayanan terhadap Lansia ini diharapkan dapat berlandaskan dengan prinsip khidmah. Khidmah didalam sejarah telah dicontohkan dengan baik oleh Sahabat Anas Bin Malik yang berkhidmah kepada rosulullah bertahun-tahun. Beliau melayani dan membantu kebutuhan dari baginda nabi dalam melakukan dakwah.

Di dalam sebuah hadis yang dirawikan oleh Tirmidzi dijelaskan bahwa Anas Bin Malik berpuluh tahun melaksanakan khidmah dan melayani secara sukarela Rosulullah SAW. Khidmah yang dilakukan sahabat Anas ini semata demi untuk mendapatkan keberkahan dan Ridha Allah SWT.

Bagi penulis apa yang telah dilakukan oleh Kementerian Agama ini merupakan bentuk inkhtiar positif dalam upayanya melayani kabilah haji Indonesia. Sehingga pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah ini membawa dampak langsung kepada tingkat kekhusyu’an yang dapat dikorelasikan dengan pencapaian haji mabrur bagi kabilah haji Indonesia.

Maka nanti diakhir pelaksanaan pasca selesainya penyelenggaraan ibadah haji ini bila meminjam istilah dalam beberapa ushul fiqh “Idza tammal amru badaa naqshuhu” (baca-apabila telah sempurna penyelenggaraan suatu pekerjaan maka akan terlihat kekurangannya) maka dalam konteks penyelenggaraan haji, tidak ada gading yang tak retak. Namun hikmah dari hasil evaluasi penyelenggaraan haji di tahun ini dapat dijadikan kaca perbandingan demi ikhtiar penyempurnaan pelaksanaan haji di tahun 2024. Wallahua’lam bishawab(*)

Penulis: Prof. Dr. Mukhamad Ilyasin, M.Pd. / Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.

Pos terkait