Satu Karung Beras Rp 600 Ribu, Harga Sembako di Hulu Melonjak akibat Sungai mahakam Surut

Alhijrah.co – Ketersediaan air baku dari bendungan atau waduk yang ada di Kaltim diklaim masih dalam kategori aman. Terutama menghadapi musim kemarau yang cukup kering sepanjang Agustus hingga September nanti. Akan tetapi, jika penurunan terus terjadi, Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda terpaksa melakukan pola operasi pemanfaatan air menyesuaikan kapasitas waduk.

Untuk diketahui, ada empat bendungan di Kaltim yang menjadi kewenangan BWS Kalimantan IV. Yakni Waduk Manggar dan Waduk Teritip di Balikpapan, lalu Waduk Samboja di Kutai Kartanegara (Kukar), dan Bendungan Benanga Lempake di Samarinda. Kemudian, ada empat bendung pengendali (bendali) banjir yang semuanya berada di Balikpapan. Termasuk tiga embung di Balikpapan dan satu embung di Samarinda.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan Rencana Tahunan Operasi Waduk (RTOW), tinggi muka air bendungan atau waduk memang sudah mengalami penurunan. Tetapi belum signifikan. Seperti di Bendungan Benanga Lempake di Samarinda Utara. Penurunannya hanya 0,06 meter. Kemudian Waduk Samboja (0,5 meter) dan Waduk Manggar (40 sentimeter). “Nanti kalau terjadi penurunan yang terus-menerus, pola operasinya akan kami sesuaikan dengan kondisi di lapangan. Saat ini sedang kami monitor terus terkait dengan dampaknya terhadap kekeringan dan volume tampungannya,” kata Kepala BWS Kalimantan IV Yosiandi Radi Wicaksono kepada Kaltim Post, Minggu (6/8).

Untuk diketahui, BWS adalah unit pelaksana teknis yang membidangi sumber daya air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Yosiandi melanjutkan, penyesuaian pola operasi termasuk dengan penggunaan air untuk irigasi pertanian. Seperti pada Bendungan Benanga Lempake. Dalam waktu dekat, pihaknya akan berkoordinasi dengan petani pemakai air untuk mulai berhemat pemanfaatan air.

“Kami sudah sosialisasi dengan P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) terkait dengan pemanfaatan airnya. Menyampaikan kondisi waduk sudah mengalami penurunan. Diharapkan para petani melakukan penyesuaian terhadap pola tata tanamnya,” kata mantan Kepala Bidang (Kabid) Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) BBWS Serayu Opak, Jogjakarta itu.

Yosiandi mengungkapkan, berdasarkan pemantauan saat ini, ketersediaan air pada bendungan yang berada di bawah kewenangan BWS Kalimantan IV, masih kategori aman. Kesimpulan itu berdasarkan hasil evaluasi Rencana Tahunan Operasi Waduk (RTOW). “Memang di musim kemarau, ada penurunan di RTOW. Inflow-nya memang lebih kecil daripada di musim hujan. Dan pemanfaatan airnya, juga akan kami sesuaikan dengan kondisi inflow yang ada. Harapannya tetap ada inflow dari curah hujan. Karena prediksi BMKG masih ada curah hujan. Walaupun tingkatnya masih rendah. Prediksinya masih ada 20-50 milimeter per hari. Jadi kami berharap ada inflow dari curah hujan tersebut,” ungkapnya.

Sementara itu, efek el nino yang mengakibatkan kemarau lebih kering dari biasanya pada tahun ini, mulai membuat resah di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu). Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mahulu melalui Kepala Bidang Distribusi Pangan Bahalan mengatakan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan beberapa hari terakhir, untuk satu karung beras berukuran 25 kg, harganya mencapai Rp 650 ribu di Kecamatan Long Apari. Sementara di Kecamatan Long Pahangai Rp 600 ribu. Pekan lalu, stok beras telah kosong di beberapa toko. Dia menuturkan, dua kecamatan itu perlu pasokan sembako untuk kebutuhan pangan sebanyak 2.497 KK.

“Stok kosong mulai tanggal 30 Juli kemarin. Beras hasil lahan 10 hektare sudah tidak ada lagi sampai saat ini, sehingga memang butuh pasokan dari hilir,” ucapnya. Menurutnya, untuk keperluan sehari-hari, warga masih memanfaatkan stok panen yang masih tersisa. Namun dia berharap segera ada pengangkutan bahan pangan dari luar Mahulu. “Untuk sementara mungkin ya mereka memanfaatkan lumbung pangan mereka masing-masing. Masalahnya harga juga semakin melambung naik,” paparnya.

Pihaknya juga menghubungi pemerintah provinsi terkait cadangan pangan. Apakah stok yang ada bisa diberikan ke Mahulu. Dalam rapat koordinasi Jumat (4/8) lalu, Wakil Bupati Mahulu Yohanes Avun menambahkan, diperlukan tindakan cepat. Pihaknya butuh pasokan sembako melalui sungai dan darat.

“Kita subsidi yang lebihnya, misalnya naik Rp 2.000 atau Rp 3.000 dari harga biasa. Supaya mereka juga tidak terbebani,” ungkapnya. Pihaknya kini sedang merumuskan subsidi ongkos angkut (SOA) untuk dijalankan. Sementara itu, Kapolres Mahulu AKBP Anthony Rybok mengamini kondisi kenaikan harga dan langkanya barang sembako yang terjadi di dua kecamatan tersebut. Menurutnya itu murni karena terhambatnya jalur distribusi kebutuhan pangan yang selama ini mengandalkan jalur sungai.

“Dalam pengawasan ini murni kondisi, tidak ditemukannya penimbunan oleh pihak tertentu. Bisa dilihat dengan mudah karena jalur cuma sungai,” ungkapnya. (*/sya/riz/k16)

Dilansir dari: https://kaltimpost.jawapos.com/

Pos terkait