Alhijrah.co – Moderasi Islam adalah sikap beragama yang seimbang dan tidak ekstrem. Moderasi Islam tidak hanya mengajarkan toleransi dan menghargai perbedaan, tetapi juga mengajarkan untuk bersikap adil dan damai kepada sesama manusia, tanpa memandang agama, ras, suku, atau latar belakang sosial. Berikut ini penjelasan terkait membangun harmoni sosial dan agama melalui Moderasi Islam.
Tak bisa dipungkiri bahwa moderasi Islam adalah wacana penting abad ini, mengingat maraknya konflik yang terjadi di internal umat Islam saat ini. Problem yang dihadapi umat Islam saat ini sangat kompleks, mulai dari masalah sosial, budaya, hingga persoalan agama.
Masalah sosial yang dihadapi oleh umat Islam saat ini adalah kurangnya kesadaran hidup bertoleransi. Umat Islam sekarang cenderung tidak peduli terhadap keberadaan orang lain, seakan-akan mereka tidak membutuhkannya.
Sementara itu, budaya adalah bagian dari problem yang dihadapi umat Islam sekarang. Budaya Islam sekarang tidak lagi menarik bagi umat Islam, khususnya kalangan anak muda. Mereka lebih senang dengan budaya Barat, yang notabennya memiliki paham kebebasan atau liberal. Paham seperti ini tentu akan membahayakan generasi umat Islam di masa mendatang.
Itu artinya, dua problem umat di atas pada akhirnya akan melahirkan problem yang lebih besar, yaitu problem agama. Problem agama di internal umat Islam sebenarnya sudah ada sejak dulu, yaitu semenjak munculnya aliran kalam. Problem agama tersebut kemudian berkembang sampai sekarang, yang inti dari permasalahannya adalah perbedaan dalam memahami nash al-Qur’an dan Hadits.
Dan, dua objek tersebut, yaitu al-Qur’an dan Hadits, pada akhirnya melahirkan dua kelompok yang bertolak belakang. Pertama, kelompok yang memahami al-Qur’an dan Hadits secara tekstual dengan pemahaman yang sempit, yaitu kelompok fundamentalis.
Kedua, kelompok yang memahami al-Qur’an dan Hadits secara bebas, agar bisa sesuai dengan perkembangan zaman. Kelompok ini dinamakan kelompok liberal. Paham fundamentalis akan melahirkan tindakan yang radikal, sementara itu paham liberal akan melahirkan tindakan yang bebas dan keluar dari norma hukum yang berlaku.
Kedua pemahaman ini yang menjadikan moderasi Islam penting untuk dikaji dan dipelajari, untuk selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sosial, budaya dan agama. Moderasi Islam dalam bidang sosial ditunjukkan dengan sikap ramah, santun dan toleransi terhadap orang lain.
Moderasi Islam dalam bidang budaya diperlihatkan dengan sikap apresiasi, tidak merusak atau menghancurkan budaya tersebut. Kemudian dalam bidang agama, moderasi Islam dapat diperlihatkan dengan tindakan yang tidak radikal dan liberal.
Syahdan, moderasi Islam adalah salah satu karakteristik Islam yang tidak dimiliki oleh agama-agama lain. Moderasi Islam menyeru kepada dakwah Islam yang toleran, menentang segala bentuk pemikiran yang liberal dan radikal.
Liberal dalam arti, memahami Islam dengan standar hawa nafsu dan logika murni yang cenderung mencari pembenaran yang tidak ilmiah. Dan, radikal dalam arti, memaknai Islam secara tekstual dan menghilangkan fleksibilitas ajarannya, sehingga terkesan kaku dan tidak mampu membaca realitas hidup.
Tak hanya itu, moderasi Islam merupakan suatu cara untuk membawa umat Islam bersatu dalam keberanekaragaman. Moderasi Islam menjadi penengah dari segala bentuk pemahamn yang ektrim dan menyimpang. Moderasi Islam sebagai rahmat bagi semesta.
Artinya, moderasi Islam berperan penting untuk terciptanya sebuah keamanan dan perdamaian dunia. Manfaat yang dirasakan dari bentuk moderasi Islam tidak hanya dirasakan oleh internal umat Islam saja, tapi juga oleh semesta pada umumnya.
Hadirnya Islam Nusantara
Dalam konteks Indonesia, lahir sebuah istilah “Islam Nusantara” yang merupakan bentuk dari moderasi Islam di Indonesia, yaitu Islam yang damai, ramah, dan santun. Islam yang menghargai tradisi dan budaya, namun teguh dalam menegakkan syariat.
Islam Nusantara adalah perwujudan dari Islam rahmatan lil alamin, yaitu Islam yang membawa sebuah kedamain dan kebahagian untuk seluruh umat di dunia. Bentuk perwujudan Islam Nusantara sebagai rahmatan lil alamin bisa di lihat dari kondisi sosial, budaya, dan agama di Indonesia yang harmoni dan bersatu.
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia, mampu membangun sebuah keharmonian sosial, budaya, dan agama. Islam tidak menghapus budaya lokal, namun memodifikasi sesuai dengan ketentuan syariat. Islam tidak melarang agama lain untuk berkembang, melainkan memberikan sebuah kebebasan (toleransi). Inilah yang membedakan Islam di Indonesia dengan Islam di Arab atau Islam yang ada di belahan dunia lainnya.
Islam Nusantara sebagai perwujudan moderasi Islam di Indonesia memberikan nuansa baru dalam Islam. Islam Nusantara mampu membangun sebuah keharmonian sosial, budaya, dan agama dalam konteks ke-Indonesia-an. Jika hal seperti ini terus dijaga dan dipelihara, bukan tidak mungkin Islam Nusantara akan menjadi kiblat baru peradaban Islam.
Islam Nusantara dengan ruh Islamnya yaitu, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah diharapkan mampu membawa Islam menuju kejayaan, membangun peradaban dan kemanusian. Peradaban dalam arti, keilmuan Islam terus berkembang dan maju. Kemanusiaan dalam arti, umat Islam memiliki etika dan moral, karena keilmuan saja tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan etika atau moral.
Catatan akhir
Moderasi Islam terbentuk dari dua pemikiran yang kontradiktif yaitu fundamentalis dan liberalis. Fundamentalis adalah sebuah pemikiran yang sempit dan kaku, hanya melihat sesuatu dari teks, tanpa melihat kepada konteks. Sementara itu, liberal adalah sebuah pemikiran yang bebas dan terbuka.
Moderasi Islam hadir sebagai penengah dari kedua paham tersebut. Dalam konteks Indonesia, moderasi Islam diidentikkan dengan dua organisasi Islam, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi Islam ini memiliki peran penting dalam mengembangkan keislaman di Indonesia.
Islam Nusantara merupakan wujud moderasi Islam di Indonesia, yang memiliki prinsip toleransi, menghargai dan menjaga kearifan lokal, serta tidak mengekang pemeluknya. Munculnya istilah Islam Nusantara dilatarbelakangi oleh struktur sosial dan historis masuknya Islam ke Indonesia, yang dilakukan oleh Walisongo.
Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan damai, tanpa ada pertumpahan darah antara penyebar Islam dan rakyat pribumi. Hal ini yang membuat Islam bisa diterima oleh masyarakat Indonesia yang memiliki kultur dan budaya beragam. Perpaduan antara kultur budaya lokal dengan ajaran Islam menjadikan lahirnya istilah Islam Nusantara.
Berbeda. Jika dilihat dari sudut pandang filsafat dan ushul fiqih, Islam Nusantara sangat relevan dan tidak ada pertentangan. Teori yang digunakan dalam meneliti Islam Nusantara, yaitu epistemologi dan metodologi. Dari segi epistemologi Islam Nusantara lahir dari sejarah panjang penyebaran Islam di Indonesia, Islam Nusantara lahir dari perpaduan antara nilai moral Islam dengan tradisi dan budaya lokal.
Sementara dilihat dari sudut pandang ushul fiqih, ada tiga teori yang membenarkan keberadan Islam Nusantara, yaitu maslahah mursalah, ihtihsan, dan Urf. Maka dengan demikian, tidak ada alasan untuk menolak kehadiran Islam Nusantara, karena istilah ini bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sekali lagi, Islam Nusantara merupakan potret nyata moderasi Islam di Indonesia. Adalah Islam yang mengambil jalan tengah, Islam yang mengedepankan toleransi, Islam yang rahmatan lil alamin bukan laknatan lil alamin, serta Islam yang menghargai budaya lokal. Bahkan, Islam Nusantara bisa menjadi jawaban atas semua problem umat Islam di zaman sekarang.
Demikian penjelasan terkait membangun harmoni sosial dan Agama lewat Moderasi Islam. Semoga dengan ini membangun harmoni lewat moderasi Islam senantiasa menjadi wacana kita semua, guna mengakhiri konflik atas nama agama.
Wallahua’lam