Alhijrah.co – Diketahui berasama bahwa pendidikan adalah proses perubahan perilaku menjadi lebih baik dan unggul. Tentu pendidikan yang dimaksud ialah yang diperuntukkan kepada manusia, meskipun pendidikan dapat diberikan kepada tumbuhan, hewan dan semesta lainnya. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan itu, maka ada satu perangkat yang menandakan status keformalannya, yakni kurikulum.
Secara teoritis, kurikulum sering dirincikan batang tubuhnya terdiri dari 4 bagian, ialah tujuan, isi, metode, dan evaluasi. Selanjutnya teori ini ditransmisi menjadi landasan kebijakan pendidikan, sehingga hari ini ada yang dinamakan standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Namun, penyusunan kurikulum tidak sekedar peletakan khayalan semata, tetapi juga ada pertimbangan waktu dan tempat. Diskursusnya tidak sekedar ingin mempelajari dan menghasilkan apa? Tetapi juga menjawab pertanyaan kapan dan di mana hasil pendidikan itu diimplikasikan?. Sehingga, penambahan pengetahuan, menjadi perubahan perilaku individu, berdampak pada perubahan sosial masyarakat, baik lokal, regional, nasional, hingga global, bahkan semesta, untuk menjadi lebih baik dan unggul.
Pengembangan kurikulum memiliki berbagai mazhab teori, seperti klasik, pribadi, teknologi, dan interaksi. Selanjutnya dikembangkan menjadi model pengembangan kurikulum yang empat, yakni Subjek Akademik, Humanistik, Teknologis, dan Rekonstuksi Sosial. Terlepas dari itu, suatu lembaga pendidikan masih dapat melakukan improvisasi dalam pengembangan kurikulum. Biomimikri dan Metafora dapat menjadi alat untuk melakukan improvisasi tersebut, dari keduanya ini memberikan acuan terkait bagaimana memperlakukan instrumen pengembangan kurikulum?, artinya kedudukannya adalah sebagai pendekatan.
Biomimikri (Biomimicry) atau juga dikenal biomimetik adalah pendekatan dalam desain, teknologi, dan inovasi yang terinspirasi dan meniru prinsip-prinsip, proses, dan struktur yang ditemukan dalam alam. Konsep dasar dari biomimikri adalah belajar dari kehidupan di alam untuk menciptakan solusi yang lebih efisien, berkelanjutan, dan berdampak positif bagi manusia dan lingkungan. Selanjuntnya dapat diperdalam dan dipahami dalam buku Biomimicry: Innovation Inspired by Nature karya Janine Benyus yang ditebitkan pada tahun 1997. Sedangkan metafora (Metaphor) merupakan cabang ilmu linguistik dan sastra, lalu didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan untuk menyampaikan makna atau menggambarkan sesuatu dengan menggunakan perbandingan. Tentu dalam pendidikan, menjadi pendekatan untuk mempermudah penyampian informasi dan ilmu pengetahuan. Lebih dalam dapat di temukan dalam buku “Metaphor We Live By” karya George Lakoff dan Mark Johnson yang diterbitkan pada tahun 1980.
Sederhananya, misal biomimikri yang saat ini sudah menghasil pesawat dengan mesin senyap (Quieter Aircraft and Machines) yang terinspirasi dari sayap burug hantu (Owl Wing), kemudian rel kreta api bawah tanah, jalurnya dibuat menggunakan “algoritma jamur” (Mushroom Algorithm) untuk mencari nutrisinya tanpa menghalagi rute sumber nutrisi alam lainnya. Ada pula irigasi tetes yang terinspirasi dari perilaku daun yang mengumpulkan embun, menjadi air, dan meneteskannya pada batang dan akar, serta terinspirasi dari kumbang namib atau Stenocara Gracilipes, asal afrika, yang membantu mengumpulkan embun pada sayapnya dan meneteskannya pada tumbuhan. Intinya, mengapa tidak dengan pendidikan untuk melakukan biomimikri terhadap pengembangan kurikulum?.
Simulasi sederhana, menyusun kurikulum yang terinspirasi dari perilku kehidupan lebah madu atau Apis Mallifera, serangga ini memiliki perilaku sebagaimana dalam Surah An-Nahl ayat 68-69, dan sabda Nabi yang mengumpamakan orang beriman seperti lebah yang mengonsumsi kebaikan, memproduksi kebaikan, dan kehadirannya tidak merusak walaupun ditempat yang rapuh sekalipun, inilah penjelasan yang berkedudukan pada biomimikri.
Kemudian, menjelaskan standar kompetensi lulusan yang menciptakan siswa atau mahasiswa yang berpengetahuan utuh, berketampilan baik, dan beretika dan nilai sosial keagamaan yang unggul. Dengan standar lulusan ini, maka menciptakan lulusan yang mampu menyelasaikan masalah di masyarakat, atau menyembuhkan penyakit-penyakit sosial. Lalu, Standar isi, memiliki struktur layaknya nektar yang siap diolah oleh enzim yang terkandung dalam perut lebah, artinya mata pelajaran dan mata kuliah itu didisplinkan, sehingga dipahami dan dipraktekkan dengan mudah.
Selanjutnya, Standar proses, ialah lembaga pendidikan memfasilitasi alternatif pengembangan potensi-potensi warga sekolah dan kampus, layaknya sarang lebah madu yang mampu memelihara kestabilan kandungan madu berkualitas. Adapun Standar penilaian, lembaga pendidikan mengukur ketercapaian tujuan penyelenggaraan lembaga itu sendiri, analoginya sarang lebah (lembaga) selain menyimpan madu (memelihara dan mengembangkan ilmu), juga memastikan bahwa sarangnya layak untuk dijadikan tempat bertelur (MSDM). Penjelasan ini sebagai fungsi metafora. Contoh biomimkri dan metafora ini telah digunakan oleh UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda sebagai filosofi model konsep pengembangan kurikulum integrasi ilmu.
Wallahua’lam
Penulis: Muhamad Fajri (Dosen UINSI Samarinda)