Alhijrah.co – Konkret pembelajaran yang merata, bebas, dan adil sangat digandrungi oleh semua kalangan. Namun sampai kini belum ada rekomendasi nyata untuk mencapai pembelajaran itu. Secara umum, pemebelajaran yang merata bercirikan pengakuan keanekaragaman, pemberian akses yang adil, pendidikan inklusif, kepedulian terhadap budaya atau latar belakang, dan pemberian dukungan tambahan.
Kemudian untuk mengidentifikasi langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan kesetaraan pembelajaran dibutuhkan identifikasi dan analisis kemampuan pembelajar. Kesetaraan pembelajaran disini, dimaksudkan sebagai upaya atau strategi untuk menyama ratakan hasil pembelajaran di kelas, sistem ini tidak akan lagi berorientasi pada hasil akhir, kemudian menjadi perbandingan kemampuan, namun lebih berpandangan bahwa setiap siswa seharusnya mendapatkan hasil pemahaman yang setara, tidak harus sama, sebab materi ajar memiliki struktur yang sama, pengajar yang sama, dan perangkat lain yang sama.
Identifikasi dan analisis kemampuan pembelajar dapat menggunakan instrumen pemahaman dalam bentuk teks pertanyaan yang terukur, namun dengan perkembangan teknologi, ada alat pengukur yang lebih praktis seperti, neuroimaging, salah satu produknya ialah fMRI (function Magnetic Resonance Imaging). fMRI ini alat yang digunakan dalam neuroimaging untuk memahami aktivitas otak saat individu terlibat dalam berbagai tugas atau aktivitas kognitif. Meskipun fMRI memiliki potensi besar dalam memahami fungsi otak, mengidentifikasi area otak yang aktif selama proses pembelajaran, dan mengukur respons kognitif, penggunaan fMRI dalam menciptakan kesetaraan pembelajaran harus dipahami dengan konteks yang tepat.
fMRI dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang pemikiran, emosi, dan kecenderungan seseorang. Juga, dapat digunakan untuk memprediksi perilaku seseorang. Secara etika perlu dilakukan pengkajian dalam rangka mencegah kekacauan atau konflik yang disebabkan penggunaan alat ini. Pertama, Mengembangkan pedoman dan regulasi yang jelas untuk penggunaan teknologi neuroimaging, terutama fMRI, untuk memastikan bahwa teknologi tersebut digunakan dengan tepat dan etis. Kedua, Memastikan bahwa individu sepenuhnya diinformasikan tentang potensi risiko dan manfaat teknologi neuroimaging sebelum mereka memberikan persetujuan untuk penggunaannya. Ketiga, Memastikan bahwa privasi dan kerahasiaan data neuroimaging individu dilindungi, dan bahwa data tersebut tidak digunakan untuk tujuan diskriminatif atau kriminal. Keempat, Mendorong kolaborasi lintas disiplin antara ilmuwan saraf, ahli etika, dan sarjana agama untuk mengembangkan kerangka etika dan pedoman yang sensitif terhadap nilai-nilai budaya dan agama. Kelima, Meningkatkan kesadaran dan pendidikan publik tentang potensi manfaat dan risiko teknologi neuroimaging, dan terlibat dalam dialog terbuka dan transparan tentang implikasi etiknya.
Jika telah dilakukan pencegahan, maka tentu neuroimaging menjadi solusi konkret dalam menciptakan pemerataaan dan kesetaraan pembelajaran. Otak manusia memiliki kemampuan luar biasa dalam pengenalan pola dan interpretasi data. Ini dapat memberikan inspirasi dalam pengembangan algoritma pengenalan pola dan aplikasi seperti pengenalan wajah atau tulisan tangan. Inilah salah satu contoh cara kerja identifikasi yang dilakukan fMRI, artinya memiliki fungsi yang sama dengan dengan fungsi rekam dan analisis otak.
Membahas pandangan Islam terhadap tantangan etika yang ditimbulkan oleh teknologi neuroimaging. Islam memandang bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan memiliki martabat yang tinggi, sehingga penggunaan teknologi harus memperhatikan nilai-nilai etika dan moral yang dijunjung tinggi dalam agama Islam. Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya menjaga privasi dan kerahasiaan data individu, serta memastikan bahwa teknologi tidak digunakan untuk tujuan diskriminatif atau kriminal. Pandangan Islam ini sejalan dengan rekomendasi konkret yang diberikan dalam makalah ini untuk mengatasi tantangan etika yang ditimbulkan oleh teknologi neuroimaging.
Wallahua’lam
Penulis: Muhamad Fajri (Dosen UINSI Samarinda)