Alhijrah.co,-Setiap waktu yang diciptakan oleh Allah masing-masing memiliki keistimewaan, apalagi waktu itu tercakup dalam bulan mulia seperti bulan Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram, dan Rajab.
Terdapat sebuah peristiwa menakjubkan di bulan Rajab, yaitu Isra Mi’raj. Kejadian agung nan sakral ini diabadikan dalam surat Al-Isra’, ayat 1:
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1).
Secara terminologi, Isra mempunyai makna perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra adalah perjalanan agung Rasulullah bersama Malaikat Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis.
Sedangkan Mi’raj adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan oleh Nabi Muhammad untuk naik dari bumi masjidil Aqsa menuju ke atas langit (sidratul muntaha).
Perjalanan dari Masjid Haram ke Masjid al-Aqsa, dalam sejumlah riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad naik buraq dan ditemani malaikat Jibril. Buraq merupakan tunggangan istimewa para Nabi. Berikut ini hadis riwayat Bukhari dan Muslim:
Artinya: Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah bersabda: Didatangkan kepadaku Buraq, seekor tunggangan berwarna putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal, ia berupaya meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya. Setelah menungganginya, maka Buraq itu berjalan membawaku hingga sampai ke Baitul Maqdis. Aku ikat (tambatkan) tunggangan itu di tempat biasanya para Nabi menambatkan tunggangannya/Buraq.
Imam Ibnu Hajar al-Haitami menyatakan bahwa dahulu Nabi Ibrahim yang telah menetap di kawasan Syam setiap bulannya selalu mengunjungi istrinya, Hajar, dan putranya, Nabi Ismail, di Kota Makkah menggunakan Buraq. Nabi Ibrahim mengunjungi keduanya di pagi hari dan tak lama kemudian kembali lagi untuk tidur siang di rumahnya di kawasan Syam. Hal ini menunjukkan bahwa Buraq memiliki kemampuan berlari sangat cepat melebihi kendaraan mana pun.
Dari sini dapat dipahami bahwa Buraq adalah kendaraan para Nabi yang didatangkan dari surga sebagai alat transportasi super cepat. Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, buraq dinaiki Rasululah dari Makkah ke Baitul Maqdis hingga Sidratul Muntaha secepat kilat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa buraq adalah alat transportasi super cepat yang melebihi kecepatan kendaraan mana pun, yang dikhususkan untuk para Nabi. Buraq memiliki bentuk fisik seperti hewan tunggangan pada umumnya, ukurannya lebih tinggi daripada keledai dan lebih pendek daripada bighal (peranakan hasil perkawinan antara kuda dengan keledai), dan buraq berwarna putih.
Ketika buraq melangkahkan kakinya, maka langkahnya dapat menjangkau sejauh ujung mata memandang (seperti kilat), ia bisa diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan, namun terkait jenis kelaminnya tidak ada keterangan jelas apakah jantan atau betina, bersayap ataukah tidak.