Alhijrah.co,-Berdasarkan fakta historis, hampir semua anugerah dan kemuliaan dari Allah Swt turun dan terjadi di malam hari. Seperti Kisah Isra’ dan Mi’raj, turunnya Al-Quraȃn (Nuzûl Al-Qur’ȃn) dan malam Qadar (Lailatul Qadar) terjadi pada malam hari. Bahkan ciri orang yang rajin beribadah dan taat kepada Allah sering disimbolkan dengan bangun tengah malam untuk bersujud dan bermunajat kepada Allah Swt.
Tradisi Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan para ulama salaf juga senantiasa bangun tengah malam (qiyȃm al-Lail) untuk bersujud kepada Allah Swt. Sebab orang yang sedang bermunajat sebenarnya ia sedang mengadu keadaan dirinya, memohon anugerah-Nya, meminta pertolongan-Nya, dan memohon ridha untuk bisa dekat dengan Allah Swt.
“Hanya dengan bermunajat di malam hari akan mendapat kemuliaan,” ungkap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis dalam Buku Menyingkap Tabir Puasa Ramadhan yang dikutip Arina.id, Selasa (12/3/2024).
Nabi Muhammad Saw ungkapnya, tidak pernah meninggalkan shalat di malam hari. Kadangkala Nabi shalat malam bersama sahabat-sahabatnya sampai selesai kemudian sebagiannya diteruskan di rumahnya. Nabi Saw senantiasa shalat malam dalam waktu lama dan panjang.
“Shalat malam adalah sarana melatih diri untuk menghindari berbuat keji dan maksiat. Shalat malam merupakan sebaik-baik terapi bagi seseorang untuk membiasakan diri berbuat baik,” jelasnya.
Ibadah di malam hari lanjutnya, merupakan terapi untuk melembutkan hati dan merevitalisasi asa. Sebab suasana di malam hari terasa hening dan lepas dari kesibukan dibanding dengan siang hari yang ramai dan riuh. Cara mendidik hati yang keras dan sulit menerima nasihat menurutnya, dapat dilakukan dengan cara membiasakan shalat malam.
“Bukan merupakan kebetulan jika Allah Swt. menurunkan kewajiban shalat pada bulan Rajab, lalu menurunkan Al-Qur’ȃn di bulan Ramadhan dan karunia malam Qadar pada malam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan karena semuanya dengan seizin Allah Swt,” tegasnya.
Shalat malam merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt sehingga orang telah siap menerima anugerah suci berupa Lailatul Qadar. Kemuliaan hanya dapat diterima orang yang mulia pribadinya. Dan kemuliaan hanya dapat diraih dengan kesucian. Sebab kemuliaan itu dianugerahkan oleh Dzat Yang Maha Suci.
Ibadah puasa yang sekaligus memperbanyak shalat di malam hari adalah cara untuk menggapai kesucian fitrah. Karena tolok ukur tingkat maksimal berperannya fitrah dalam diri manusia dapat dilihat dari cara dan konsistensinya melakukan shalat wajib dan shalat malam.
“Bulan Ramadhan yang penuh berkah dan semua amal ibadah dilipatgandakan pahalanya sangat lekat dengan ibadah di tengah malam. Puasa lebih terhindar dari sifat pamer (riya’) sebagaimana shalat malam karena jauh dari pengamatan banyak orang,” ungkapnya.